ASPGI - ASOSIASI SUPERINTENDENT PADANG GOLF INDONESIA

Info Volume X.

Home
Ke-Anggota-an
Pengurus 2011-2014 Sambutan
Tujuan Organisasi
Formulir Pendaftaran
Calendar of Events
Info Kegiatan
Newsletter
Info - Vol.VIII
Info Vol.IX
Info Vol.X
Golf Equipment Maintenance

Bagaimana Mempersiapkan Lapangan Golf

Untuk sebuah Turnament bergengsi

( Bagian 2, sambungan dari bag.1 di Vol.IX) 


Oleh : Bpk. Juhana - Emeralda Golf Course Superintendent

 

 

TEEING GROUND

            Permukaan teeing ground harus benar – benar rata, firm terutama pada area yang akan dipergunakan untuk turnament dan tee dipotong pada ketinggian 8-9 mm, ini sebagai salah satu persyaratan yang dikeluarkan oleh panitia, para pemain pro tidak menghendakki keadaan rumput di teeing ground yang membal karena posisi berdiri menjadi tidak nyaman permukaan sepatu menjadi tidak rata pada permukaan rumput, dan akan goyang pada saat melakukan pemukulan ini diakibatkan rumput terlalu tebal dan terlalu banyak thatch akibat tidak pernah di verticut atau frekwensi verticut terlalu sedikit, untuk menghindari hal itu dapat dilakukan verticut dan topdressing.

 

VERTICUT dan TOP DRESSING TEEING GROUND

            Verticut pada tee dapat dilakukan 5-6 minggu sebelum turnament, tetapi apabila keadaan rumput tee terlalu tebal dapat dilakukan 2 kali verticut dengan jarak waktu dari verticut sebelumnya paling tidak 1 (satu) bulan, dengan kata lain verticut petama dapat dilakukan  2,5 bulan sebelum turnament dan yang kedua 5-6 minggu sebelum turnament. Verticut dapat dilakukan dengan 2 arah, tujuannya adalah untuk menghindari adanya rumput yang tidur ke satu arah (grain).

            Topdressing dapat dilakukan segera setelah verticut dan secara berkala setiap dua minggu sekali di topdress ringan sampai di stop pada 2 minggu sebelum turnament dimulai.

            Untuk menghindari terjadinya pemadatan pada area tertentu pada teeing ground make tee marker harus dipindahkan setiap hari, sehingga akan terjadi penyebaran pemakaian area dan pemadatan tee tidak akan terlalu cepat.

            Khusus untuk per 3 teeing ground yang akan dipergunakan untuk turnament harus diistirahatkan paling tidak dalam jangka waktu 6 minggu sebelum turnament dimulai, hal ini dilakukan mengingat teeing ground par 3 adalah daerah yang paling banyak rusak, cara yang paling aman adalah dengan cara ditutup dengan paranet sehingga tidak ada pemain nakal untuk tee off pada tee yang akan dipergunakan untuk turnament. Tee harus dipotong setiap hari pada saat turnament berlangsung dengan arah potongan mengarah ke fairway, dan penempatan tee marker pada saat turnament berlangsung akan ditempatkan oleh tour staff (panitia turnament).

 

FAIRWAY

            Lebar fairway pada landing area berdasarkan persyaratan dari EUROPEON dan ASIA TOUR adalah antara 20-30 meter (22-33 yard), tergantung pada tingkat kesulitan hole yang bersangkutan, ketinggian potongan fairway antara 10-12 mm, apabila ssebelumnya fairway dipotong lebih dari ukuran di atas maka, harus dilakukan penurunan potongan minimal 2-3 minggu sebelum turnament, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya scalping yang menyebabkan warna kuning pada rumput.

            Selain dari pada untuk menghindari adanya thatch banyak pada fairway dapat dilakukan verticut minimal 6-8 minggu sebelum turnament di mulai, verticut juga dapat menghilangkan adanya scalping.

            Idealnya fairway dipotong dengan diamond pattern agar didapat warna potongan yang berbeda sehingga secara estetika fairway akan kelihatan lebih indah. Mowing pattern yang dilakukan secara terus menerus sampai pada turnament, jika memungkinkan cross cutting akan lebih baik.

 

DIVOT

            Program pengisian divot harus dilakukan pada fairway paling tidak 4 minggu sebelum turnament, ini untuk memberikan kenyamanan pada pemain dan menghindari bola landing pada divot, bila ini terjadi akan sangat menjengkelkan bagi pemain. Pengisian pasir pada divot dilakukan harus sama permukaannya dengan rumput fairway selama turnament berlangsung divot dilakukan setelah habis putaran turnament.

 

MOWING FAIRWAY

            Jika memungkinkan mowing fairway dilakukan pada pagi hari sebelum turnament dimulai, untuk menghindari adanya kliping sehabis mowing maka mowing fairway pada pagi hari harus menggunakan grass cather (bakul) pada unit mowernya. Namun apabila tidak dapat dilakukan pada pagi hari, dapat dilakukan pada saat putaran turnament selesai, tetapi pada pagi hari embun harus dibuang, teknis pembuangan embun dapat dilakukan dengan menggunakan slang yang diisi air dan ditarik golf cart.

 

SEMI ROUGH, INTERMEDIATE dan ROUGH

            Semi rough dan intermediate rough harus dibuat disamping rough dengan ketinggian semi rough antara 30-50 mm, minimum 1 trifleks mower dengan lebar 1,8 m atau 2 yard dan untuk intermediate rough minimum 1 trifleks mower dengan lebar 1,8 m atau 2 yard dengan ketinggian potongan antara 50-60 mm. Diluar itu semua sisanya adalah rough dengan ketinggian potongan antara 90-100 mm. Untuk mendapatkan ketinggian rough dapat dilakukan pemupukan secara berkala minimal 1 bulan sekali dan dibiarkan tidak dipotong minimal 1 bulan sebelum turnament.

            Selain dari pada itu harus dibuat garis semi rough dari tee hitam sebagai jalan bagi pemain setelah pemukulan bola dari teeing groud menuju arah fairway dengan lebar minimal 1 trifleks mower dan mowing setiap hari selama turnament berlangsung.

 

COLLAR dan APRON

            Collar green harus dibuat minimal dengan lebar minimal 1,2 m atau 1,3 yard, collar harus dimaintain dengan ketinggian sama dengan teeing ground yaitu antara 8-9 mm juga dengan apron harus di maintain minimal ketinggian sama dengan fairway lebih bagus sama dengan collar tetapi  biasanya kesulitan untuk memotong apron dengan ketinggian tersebut memerlukan equipment yang banyak.

                     ----------------------------------------------------------------

 

 

The Past and Future of ASPGI as I see it

Mr. Garry N. Crothers, CGCS – Anggota Dewan Pembina ASPGI

(Montaque Golf Club Superintendent)

 

 

            Yes it’s hard to believe that the formation of ASPGI stared in August of 1995. I had been in Indonesia just a short time at the Cikarang golf and Country Club project as part of the Jababeka group and IMG. I was luck to have Dr. Ir. Budi Tahjono working on the project also. I had been active in the USA with 3 different Superintendent Associations, New Jersey GCSA, Metropolitan New York GCSA and the Vermont GCSAA and served as President of all 3. I knew how much that had helped me and other superintendents grow professionally turf seminars, newsletters and sharing information at meeting. We all had a common bond to improve ourselves and provide the golfer a better conditioned golf course to play on. This was an excellent way to do it. We were all supported further by the Golf Course Superintendents Association of America which all local superintendents associations were affliated with. I asked Dr. Budi if the Indonesia Superintendents had an Association and he said no. They had tried once before but it didn’t work out. So I said we need to start one. Lets contact all the clubs in the Jakarta area and try to organize. We also asked for financial help from the commercial suppliers along with the golf clubs. We received excellent support and organized out first meeting. I served as Vice-Chairman and said the ASPGI could just follow the GCSAA’s by-laws and it would bee just fine. After the first election in which Pak Iman Sitepu was elected Chairman I just guided the Committee as to what I felt they should do with the Association. I basically just suggested various things that the Association could do along with helping Dr. Budi with monies for research. The ASPGI then started to have regular meetings and also had our first seminars. At the time GCSAA was having a regional conference in Singapore so I invited some of the speakers to participate in the ASPGI seminars. They galdly came. I also invited a GCSAA President Gary griggs plus Vice President Bruce Williams and Steve Mona Executive Director of GCSAA plus a staff member to visit Indonesia with the possibility of having ASPGI decided to go on their own. The first newsletter was started and also we tried to have at least one committee member of the Chairman attend the GCSAA National conference in the USA. The ASPGI supported this idea and so Pak Imam Sitepu attended 1st followed by Pak Nyoman Mertasari, Pak Fahmy attended the GCSAA conference. I was able to help them see other courses in the Sates, namely pebble beach where my best friend Ted Horton was employed. I was so happy when one of our former Chairman (Pak m. Fahmy was able to take the GCSAA certification exam and pass it.. It’s maybe something you can  have for the future is an Indonesian certification program. You never stop learning!! That I learned from my great mentor Mr. Sherwood Moore GCSAA and past President of GCSAA. Yes the ASPGI has continued to grow and become more and more professional each year. The seminars continue to grow and educate its members along with a variety of topics, including mechanic workshops. It also gives members the opportunity to not share their experiences but to develop speaking skills when giving presentations before a group. I know the various members contribute articles to the Indonesia golf magazine. This shows the golf world in Indonesia how important the Golf Course Superintendent is to the growth of Golf in Indonesia and that you are professional. I have also felt that the golf clubs in Indonesia have given great respect to the superintendents from the very beginning. This is true today also. As a member you should try to attend and support all meetings and seminars if possible. The ASPGI meetings with golf serve an education purpose also because it allows superintendents a chance to see what other superintendents a chance to see what other superintendents are doing on their golf course and to exchange ideas on how it might be done better or another way. Helping each other while enjoying the game of golf. Although I have not been able to attend many meetings, just when I come to visit Indonesia and my friends and old staff members from the various club I had worked at. It’s one big family to me. I know the that the ASPGI is in excellent hands with Chairman Qamal Mutaqin. I was very impressed with his Power point presentation of what a superintendent’s qualities ought to be at the February Turf Seminar in 2007. The ASPGI has had great Chairman to lead them. First it was Pak Imam Sitepu, followed by Pak Nyoman Mertasari, Pak Sutrisno and Pak Fahmy and now Pak Qamal Mutaqin..I couldn’t be more proud of what all the various Committee members and follow Superintendents have done over the past 12 years to make ASPGI one of the best Superintendent’s Associations in Asia. My hats off to you for a job well done. I’m just glad I was able to get it started and watch it grow. Education is the key to the future of the ASPGI. Do believe you need to put more monies into research to give Dr. Budi Tahjono more support financially but with a full time research staff person who strictly work on turf grass in all areas, new grass varieties, diseases, weed control etc. it’s too much for Dr. Budi to do on his own. He has other responsibilities. What is needed is a ASPGI foundation for research. I am sure the clubs along with commercial companies would be glad to help out and I will help a little myself. Again A JOB WELL DONE. Just keep it going!!!! ALL THE BEST, Good Luck GAMBATTA Pak

                       ----------------------------------------------------------------------------

 

                         PENGENDALIAN SEMUT API & ANJING TANAH

                                                 DI PADANG GOLF

Oleh : Ir. Budi Tjahjono, M.Agr. – Ketua Dewan Pembina ASPGI

 

 

SEMUT API (Solenopsis sp.)

            Semut api di padang golf selain mengganggu keasyikan bermain golf, gundukan sarangnya juga menurunkan estetika lapangan. Semut api yang agresif berwarna coklat kemerahan sampai hitam berukuran 2 sampai 5 mm. Mereka hidup berkoloni, membuat sarang yang nampak berupa gundukan tanah. Satu ratu semut dalam koloni dapat bertelur sampai 2000 butir. Bila sarangnya terganggu, mereka segera menyerang sang peganggu. Bekas gigitannya terasa panas dan gatal.

            Semut api merupakan hewan pemakan segala (omnifora), baik dari bahan tumbuhan maupun hewan lain. Semut dari kasta pekerja mengumpulkan makanan dari sekitar sarangnya. Penyebaran dan perkembangan populasinya tergantung banyak faktor, terutama musim dan keberadaan musuh alaminya.

 

Pengendalian

Strategi pengendalian semut api umumnya terdiri dari :

¨       Penyebaran umpan beracun

¨       Perlakuan individu gundukan sarang perlakuan spot

¨       Umpan yang disebar bisa berupa pecahan butiran kacang-kacangan yang mengandung minyak, ebi atau udang kering berukuran kecil yang dicampur insektisida yang tidak berbau atau kurang menyengat baunya serta daya racunnya bekerja lambat. Bila umpan beracun ini sampai ke Ratu akan mati dan koloninya bisa punah. Agar efektif, sebar umpan yang masih baru, kondisi kering, pada waktu semut aktif mengumpulkan makanan.

 

Perlakuan terhadap tiap sarang bertujuan agar Sang Ratu dapat terbunuh sehingga tidak dapat menghasilkan telur-telur dan dengan demikian koloninya akan musnah. Perlakuan kimiawi terhadap sarang bisa berupa aplikasi umpan dengan insektisida, penyiraman insektisida cair, penamburan insektisida butiran, serbuk ataupun yang berbentuk aerosol. Perlakuan non kimiawi bisa dengan cara penyiraman air panas dan pembongkaran sarang. Perlakuan umumnya lebih efektif bila dilakukan pada pagi hari yang cerah waktu kebanyakan semut berada dekat permukaan sarang.

Perlakuan spot dengan aplikasi insektisida (misal yang berbahan aktif diazinon atau klorpyrifos) yang cepat mematikan semut bisa dilakukan terhadap iring-iringan semut yang sedang mengumpulkan makanan. Namun cara ini tidak dapat memusnahkan koloni semut dalam sarang. Aplikasi yang berulang sesuai tingkat gangguan semut perlu dilakukan agar infestasi semut tidak berkelanjutan.

 

ANJING TANAH atau ORONG-ORONG (Gryllotalpa sp)

            Anjing tanah merupakan salah satu hama yang terpenting dibanyak padang golf Indonesia yang menggunakan rumput Bermuda, bahkan menjadi hama utama di Georgia dan Florida, USA. Hama ini jarang nampak di atas rumput karena sebagian besar waktu hidupnya ada dalam tanah. Kerusakan yang diakibatkan nampak sebagai area coklat memanjang. Jika kita periksa rumput di bagian bawah permukaan telah dimakan anjing tanah yang membuat lorong-lorong. Yang aktif makan adalah anjing tanah yang masih muda (stadia nimfa). Penting sekali untuk mengamati populasi nimfa ini, karena stadia inilah yang paling merusak namun juga paling rentan terhadap insektisida sehingga lebih mudah dikendalikan. Sedangkan yang dewasa (sayapnya sudah sempurna) sehingga tidak begitu merusak dan lebih tahan terhadap insektisida. Serangga ini tertarik cahaya lampu, meletakkan kelompok telurnya dibawah permukaan tanah.

            Beberapa produk yang efektif untuk pencegahan dan pengendalian anjing tanah adalah talstar (bahan aktif bifentrin, termasuk pyretroid sintetik) dan Orthane 75SP (bahan aktif asefat 75%). Umumnya anjing tanah sudah kebal terhadap insektisida jenis Diazinon dan Dursban. Penggenangan secara terbatas diarea yang nampak ada aktivitas anjing tanah dengan larutan sabun cuci juga dapat memaksanya keluar sarang sehingga lebih mudah dikendalikan secara mekanis maupun kimiawi.

            Waktu yang tepat untuk aplikasi sangat menentukan keberhasilan pengendalian. Insektisida sebaiknya diaplikasikan sebelum penyiraman, kemudian setelah aplikasi dilakukan penyiraman agar insektisidanya terbawa kebagian bawah rumput tempat anjing tanah bersembunyi dan makan.

            Pengendalian hayati dari kelompok serangga, bakteri, cendawan dan nematode juga bekerja secara alami menekan populasi anjing tanah.

 

                     -----------------------------------------------------------------------------

        

            Lundi (White Grub),hama yang mematikan

                                                      Oleh : Hariyanta

                     (Superintendent Mountain View Golf Club, Dago Pakar, Bandung)

 

 

            Menjadi malapetaka bagi pertumbuhan rumput bila akar sebagai penopang hidup dimakan oleh Lundi. Serangan ini sangat fatal, karena dapat mengakibatkan rumput langsung mati.

 

Kenali Gejalanya

            Lundi (White Grub), adalah instar (larva) yang merupakan siklus hidup dari kumbang. Lundi dalam bahasa sunda disebut Kuuk, dan bahasa Jawa disebut Oret. Lundi memotong akar-akar rumput tepat di bawah permukaan tanah. Gejala awalnya adalah rumput menjadi kurus (tipis), menguning dan layu. Bentuk serangan spot tidak beraturan berkembang menjadi mati secara spot-spot. Kumpulan rumput yang terserang terasa empuk (lunak) bila diinjak, dan mudah dicabut dari tanah, warna krem keputihan dan berbentuk huruf C seperti bentuk Lundi. Pada intinya mereka memakan akar rumput dan bahan organik yang sangat mematikan pertumbuhan rumput. Bila kita bandingkan dengan serangan lain yang mempunyai ciri hampir sama adalah akibat serangan rayap, yang pernah kami alami di Riverside Golf Club disaat musim kemarau dimana kita kekurangan air, rayap naik kepermukaan dan memakan akar rumput. Gejalanya hampir sama hanya spotnya lebih kecil bintik-bintik, tidak berbentuk huruf C seperti pada Lundi. Perlu diperhatikan secara sekilas serangan seperti dryspot, hanya kalau dryspot rumput masih kuat bila dicabut dan spotnya lebih besar tergantung area yang terkena stag air.

            Kumbang induk dari Lundi hanya makan bahan organik tetapi menyebabkan kerusakan karena mengangkat perakaran dan mendorong keatas tanah gundukan kecil sekitar tempat dia masuk ke tanah.

 

Siklus Hidup Lundi (White Grub)

            Lundi mempunyai siklus hidup selama satu tahun, jadi rumput terganggu pertumbuhannya tergantung tahapan selama siklus tersebut. Kumbang dewasa, kawin dan meletakkan telurnya disaat pertengahan musim panas, yaitu antara akhir bulan Juni s/d  pertengahan bulan Agustus. Telur menetas kurang lebih dua minggu, dan yang terkecil, instar pertama memakan akar rumput yang halus dan bahan organik. Mereka berkembang cepat, mengeluarkan lendir untuk pembentukan kulit dan biasanya mencapai ukuran maksimal diakhir musim hujan dan setelah pembentukan kulit pertama dan kedua, Lundi menjadi instar 2 dan instar 3. Setiap tahapan perkembangan Lundi kita biasa menyebut istilah instar. Lundi bertahan hidup lebih dalam kedalam permukaan tanah untuk hibernasi. Setelah dewasa (sekitar Mei-Juni) tergantung spesies dan iklimnya, Lundi semakin dalam dan pertumbuhan berubah menjadi Pupa. Kumbang baru akan lahir beberapa minggu kemudian dan lengkap sudah siklus hidupnya dalam satu tahun. Kerusakan yang diakibatkan oleh Lundi dengan siklus hidupnya, biasanya nampak diakhir bulan agustus dan September dimana instar ke 3 makan banyak sebelum hibernasi dan rumput stress.

 

Penanggulangan

            Penanggulangan dapat dilakukan secara preventif maupun kuratif. Secara preventif yaitu dengan treatment sebelum telur ada, jadi kumbang yang ada dilingkungan baik rough, fairway, semak maupun pepohonan dibasmi serta melakukan keseimbangan pupuk yang bagus, memanage thatch, pengontrolan ketinggian pemotongan dan menghindari atau menghilangkan penggunaan nutrisi yang membuat rumput rentan terhadap hama dan penyakit.

            Secara kuratif yaitu dengan treatment saat telur sudah menetas dan Lundi sudah muncul. Pembasmian ini kita dapat menggunakan insektisida yang berbahan aktif organophospahat atau carbonat maupun diazinon. Biasanya insektisida ini bisa menekan total kurang dari dua minggu. Ingat waktu aplikasi harus diperhatikan.

            Saat yang bagus untuk kuratif control adalah setelah telur menetas tetapi Lundi belum terlalu besar. Dipertengahan bulan Agustus rumput biasanya dalam vigor dan pertumbuhan yang bagus, disini Lundi akan makan banyak, sehingga lebih mudah dibasmi, karena setelah itu Lundi akan hibernasi. Perlu dipahami, jangan mengaplikasikan insektisida setelah hujan karena Lundi sudah turun lebih bawah dari permukaan sehingga sulit tercapai oleh insektisida. Aplikasikan pada saat teduh, dan sedikit penyiraman maka Lundi akan naik. Dari perlakuan lapang yang pernah kami laksanakan dengan team Bandung Giri Gahana, Jatinangor, sekitar bulan Agustus – September 2005 pada saat itu serangan berat Lundi dan orong-orong yang terjadi di green rumput Bentgrass. Bila kami bandingkan perlakuan di pagi hari dengan sore hari lebih optimal. Hasil yang bagus dengan perlakuan awal vertidrain (needle time) dan disiram sebelum aplikasi insektisida. Karena dengan vertidrain ada celah untuk insek masuk, dan penyiraman membuat Lundi naik agak kepermukaan. Aplikasi kami lakukan selang tiga hari di sore hari, dan berjalan selama hampir dua minggu dan hasilnya populasi Lundi sangat berkurang dan tidak nampak lagi serangannya, begitu pula orong-orongnya karena orong-orong aktif di malam hari. Bila diaplikasikan diikuti dengan penyiraman, kondisi berbeda dimana Lundi masih dalam dan insektisida menjadi lebih encer dan dosisnya berubah menjadi tidak bisa mematikan Lundi.

            Setiap lokasi atau lapangan mempunyai karakteristik waktu yang berbeda, tenggang waktu setelah aplikasi hingga target mati juga berbeda. Lundi akan sulit dibasmi kalau semakin tumbuh besar karena mengalami hibernasi.

            Demikian sedikit ulasan mengenai serangan Lundi di green, mungkin dapat menambah wawasan bila suatu saat kita mengalami hal tersebut sehingga akan lebih mudah mengidentifikasi gejala serangan maupun membasminya.

--------------------------------------------------------------------

 

 

 

ASPGI - Asosiasi Superintendent Padang Golf Indonesia
Villa Bogor Indah Blok CC6 / No:14-15
Ciparigi Bogor Utara
Bogor -  Indonesia -16157.
Tel: +62-251-865.7942
---------------------------------------


website : design & manage by  pt.zeus prima garda